Penulis: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Januari 2012
Tebal: 512 hlm.
ISBN: 9789792279139
My Rating: 4,5/5
Ada tujuh miliar penduduk bumi saat ini. Jika separuh saja dari mereka pernah jatuh cinta, maka setidaknya akan ada satu miliar lebih cerita cinta. Akan ada setidaknya 5 kali dalam setiap detik, 300 kali dalam semenit, 18.000 kali dalam setiap jam, dan nyaris setengah juta sehari-semalam, seseorang entah di belahan dunia mana, berbinar, harap-harap cemas, gemetar, malu-malu menyatakan perasaanya.
Apakah Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah ini sama spesialnya dengan miliaran cerita cinta lain? Sama istimewanya dengan kisah cinta kita? Ah, kita tidak memerlukan sinopsis untuk memulai membaca cerita ini. Juga tidak memerlukan komentar dari orang-orang terkenal. Cukup dari teman, kerabat, tetangga sebelah rumah. Nah, setelah tiba di halaman terakhir, sampaikan, sampaikan ke mana-mana seberapa spesial kisah cinta ini. Ceritakan kepada mereka.
**
Seperti biasa, Tere Liye selalu bisa mencungkil hal-hal istimewa dari kehidupan yang tidak menarik perhatian. Belinda, calon dokter gigi
Tentang cinta pertama yang begitu memukau, mengajari tetapi tidak menggurui. Ayu Aditya Saputri, calon guru SLB
Jika selama ini kita sering dijejali cerita cinta termehek-mehek, maka Borno dan Mei adalah orisinal cerita cinta tentang pengorbanan yang tidak akan membuat kita menjadi mellow. Ariza, guru TK
Novel yang berbeda. Mengangkat profesi yang tidak pernah ada di novel mana pun. Kisah cinta yang sederhana, indah, dan klasik. Umi Futikhah, guru
Saya berdoa semoga saya bisa menjadikan anak lelaki saya “bujang berhati paling lurus” seperti Borno. Amin. Putri, buruh pabrik
Sebelumnya, HAPPY HOLIkidsDAY semuaaaa, dan SELAMAT NATAL! aku tau ini kecepetan tapi kan bisa aja besok aku gak posting apa-apa jadi daripada nggak mending sekarang, hohoo.
*
Novel Tere Liye pertama yang aku baca, selama ini cuma nonton filmnya aja, kayak Hafalan Shalat Delisa, dan pas baca buku ini, aku suka dengan cara penuturannya, dan berharap jangan divisualisasikan, karena biasanya novel sama buku selalu bagusan buku. hehehehe._. becanda, terserah saja kalau novel ini mau di ke layar tancepkan, itu bukan hak saya._.
Semua berawal di Borneo, dengan tokoh utama, Borno, yang tinggal di Pontianak, bab pertama ada cuplikan dia waktu 6 tahun di mana ia suka memikirkan hal aneh, lalu dilanjutkan di usia 12 tahun di mana ayahnya tersengat ubur-ubur dan dengan rela mendonorkan jantungnya pada pasien lain yg butuh. (Itu jadi awal semua masalah). Lalu dilanjutkan saat ia sudah lulus SMA dan memulai mencari kerja kemana-mana sampai tiba di pekerjaan Pengemudi Sepit di Sungai Kapuas, ia menemukan gadis yang menjatuhkan angpau merah di sepitnya.
Mulai saat itu, ia terus mencari tahu tentang gadis tsb. Sampai sudah hampir deket, Mei, gadis itu pulang ke Surabaya. Sudah deket lagi, tiba-tiba Mei menyuruhnya menjauh.
*
Itu cuma garis besarnya, tapi dijamin deh kalo kamu baca langsung bukunya, kamu bakal tertarik. Di sini nggak cuma nyeritain kisah kehidupan mereka aja, tapi juga ngebahas tentang keelokan Pontianak terutama Kapuas juga hantu Pontinya (Pontianak itu nama hantu lho!) dan sedikit tentang Surabaya. Nunjukin banget kalo Indonesia itu AWESOME!
Ditambah lagi, kalimat-kalimat bijak dari Pak Tua, duuhh, ngefans dah sama Pak Tua! Selalu punya kalimat keren, hehehe. Walau berupa nasihat tapi tidak menggurui. Sarkasme Pak Tua juga ngena banget di Borno yang anehnya aku ketawa baca ke-jleb-an dia, haha.
Karakter di sini tuh pada menarik. Ada Borno yang udah jelas-jelas hatinya lurus, Pak Tua dengan segala macam rangkaian kata bijaknya (Aku paling suka yang Fulan dan Fulani!) Bang Togar yang menyebalkan namun peduli dengan kisah cintanya yg cukup menarik(sampe ke pedalaman suku apa gitu lupa._.), Andy sahabat Borno dengan segala macam semboyan yang ia buat untuk bengkel mereka (di sana aku tertawa), Mei si sendu menawan yang manis, dan Sarah yang periang, Cik Tulani, Koh Acong, Jauhari, Petugas Timer yang gak pernah aku tau namanya, heheh dan masih banyak lagiii.
Cerita ini tuh kayak nyata, bener-bener menarik dan karakternya tuh hidup. Gaya bahasanya orang kalimantan banget, tapi tetep bahasa Indonesia kok, jadinya menarik. Macam aku menonton teve di kepala saja, hehehe :))
Jalan ceritanya pun menarik, kadang maju kadang mundur, kadang informasi disimpan dulu untuk diketahui di kemudian halaman, atau juga dengan kejutan tokoh baru, kayak Sarah. Dan semua permasalahan ini emang ada di Angpau Merah! Sayang, endingnya kurang menggemaskan, tidak diceritakan secara detail, walau jelas tapi tetap aja aku pengen baca penuturan penulis.
Covernya menceritakan isi kok, si sendu menawan yang membentangkan payungnya di dermaga sepit dengan latar warna merah seakan mengingatkan akan Angpau merah, hanya saja bukan seleraku. Walau begitu, isinya tetap menarik.
Di sini aku nemuin kata planolog, maksudnya orang yg belajar planologi kan? Yang kutahu namanya Planner deh, bukan palnolog, tapi entahlah. Terus ada kata masygul, apa sih masygul itu? dan pas nyari di KBBI:
masy·gul a 1 bersusah hati krn suatu sebab; sedih; murung: -- hatiku melihat penderitaan anak itu; 2 kesal; sebal: ia -- melihat pekerjaan pembantunya yg tidak beres itu;
me·masy·gul·kan v 1 menyusahkan (hati); 2 masygul thd sesuatu;ke·masy·gul·an 1 n kesusahan (kesedihan) hati; 2 n kekesalan hati; 3 v menderita masygul
Dan, aku cuma ambil satu paragraf menarik:
"Jangan sekali-kali kaubiarkan prasangka jelek, negatif, buruk, apalah namanya itu muncul di hati kau. Dalam urusan ini, selalulah berprasangka positif. Selalulah berharap yang terbaik. Karena dengan berprasangka baik saja hati kau masih sering ketar-ketir memendam duga, menyusun harap, apalagi dengan berprasangka negatif, tambah kusut lagi perasaan kau. Aku tahu kau kecewa, Borno, tapi jangan biarkan terlalu. Aku tahu kau sedih, tapi jangan biarkan menganga dalam. Esok lusa bisa jadi ada penjelasan yang lebih baik. Bersabarlah. Kau paham?" -Bang Togar, hal 299.