Monday 23 November 2020

Quarter Life Crisis

Heyho blogwalker!!

long time no see, rasanya sangat lama sekali tidak bersentuhan dengan yang namanya blog. Tapi, mari kita bernostalgia sedikit dengan beberapa curahan hati di bawah ini, hehe.


Jadi, pembahasan kali ini yaitu mengenai Quarter Life Crisis, yang mana biasanya terjadi krisis-krisis secara berturut-turut nan menyebalkan yang menimpa warga-warga berumur 25 tahun. Namun, sebuah fakta lain memperlihatkan bahwa tidak perlu di umur 25 tahun kalian merasakan krisis ini, karena saya sendiri pun yang masih berusia 24 tahun merasakannya. Bahkan saat di umur 23 tahun. Tapi menurut saya itu hanya perihal angka, karena sesungguhnya krisis ini pasti akan terjadi berdasarkan lingkungan dan pemikiran kita masing-masing.

Kenapa saya bilang lingkungan dan pemikiran masing-masing? karena percaya gak percaya, semua pasti berkaitan dengan lingkungan. Pemikiranmu itu sadar tidak sadar dipengaruhi oleh lingkungan. Sejak lahir kamu belajar berdasarkan lingkungan sekitarmu, itulah yang membentuk karaktermu juga. Namun, seiring semakin dewasa, kamu sudah mulai memahami sedikit jati dirimu, sehingga lingkungan yang kamu lihat itu tidak ditelan bulat-bulat. Tapi dipikirkan terlebih dahulu untuk merasa apakah iya kamu cocok atau dipaksa cocok.

Hahh, apa sih kok saya ngomong gak jelas. Sebenarnya jika dipikir kembali, hidup ini tidaklah mudah, ada saja problematika yang muncul. Selesai satu, tumbuh yang lain, seakan tak pernah berhenti. Tapi rasanya semua muncul ketika kita dihadapkan dengan realita, pilihan, dan siapa kita di masa depan. Ya, masa depan, masa depan apa sih yang kalian inginkan? masa depan inilah yang kadang membuat kalian bimbang, ragu, dan kebingungan. 


Realita pertama yang saya hadapi adalah lulus sarjana. Ketika teman-teman satu persatu lulus, kita belum? Ahh rasanya bikin stres. Lalu begitu lulus dan mendapatkan gelar, sukacita hanya sebentar karena selanjutnya saya merasa mendapatkan beban lebih. Beban di mana saya harus membuktikan belasan tahun saya belajar ini akan menghasilkan apa kelak? Beberapa orang di sana akan berpikir untuk melanjutkan studi atau mulai bekerja, atau bahkan kuliah sambil kerja? Ahh, pilihan. Tentu, karena pilihan ini akan berpengaruh pada masa depan jadi harus dipikirkan baik-baik. Di sini saya memutuskan untuk mencari kerja. Maka, jalan yang dihadapi pun semakin bercabang. Karena dunia pekerjaan sangatlah luas, bisa jadi kalian menyukai perkerjaan kalian atau malah terpaksa menyukai pekerjaan kalian. Ahh, belum lagi jika kalian orang idealis, selamat menikmati😉

Realita kedua yaitu pertemenan. Dunia pertemanan pasti berubah. Kalian yang biasanya selalu berbarengan di perkuliahan, satu per satu mulai sibuk dengan hidupnya masing-masing. Pertemanan kalian akan mengecil dan mengerucut. Tapi jika memang bisa, pertahankan mereka yang kalian anggap dekat, jangan sampai hilang kontak begitu saja. Karena siapa tahu, kita masih bisa menjalin relasi menguntungkan ke depannya. Pertemanan ini cukup pelik. Karena salah satu support system selain keluarga di saat kita lelah itu ya teman. Pokoknya, jangan sampai kalian merasa sendiri. Karena jika sendiri pikirannya suka makin melantur haha. Semangat ya kalian!


Realita ketiga yaitu pernikahan! hahhaa sedikit tidak percaya saya akan menulis pernikahan. Tapi, jika saya melihat sekeliling lingkungan saya entah kenapa selalu saja ada pernikahan di hari sabtu dan minggu. Tapi bukan berarti kalian dipaksa untuk ikut menikah. Sudah kubilang kan tidak hanya lingkungan yang memengaruhi keputusanmu, tapi pikiranmu sendiri. Apakah kamu yakin kamu siap?  Jangan cuma ikut-ikutan hype, hehe. Kamu tidak sedang balapan, jadi tidak usah iri._. Dunia pernikahan itu lebih pelik lagi loh, karena nanti keputusan bukan hanya di tangan kalian tapi ya pasangan kalian juga ikut andil. Jadi, lebih baik nikmati kemandirianmu, kebebasanmu. Tapi jika sudah mantap, baru pikirkan.

Realita keempat adalah ekspektasi. Bisa jadi ini adalah realita terberat juga, ahh, ekspektasi itu berat apalagi jika yang memberinya adalah orang tua.  Setiap anak pasti ingin membuat orang tuanya bangga, jadi inilah saatnya, tapi jika belum bisa, yakinlah pelan-pelan, gak usah terburu-buru tapi harus taktis juga ya. Tapi jangan jadi gila juga karena ekspektasi, karena yang menjalani hidup itu kamu. Bukan mereka. Nikmati, hidup hanya sekali. Yakinlah, semua sudah direncanakan dengan baik dan sesuai porsinya masing-masing.


Realita kelima adalah keuangan. hahahahha, ini cukup pelik guys. Satu sisi kalian senang karena akhirnya memiliki pendapatan, tapi jika dihitung-hitung lagi, keinginan kalian lebih banyak daripada penghasilan. Duh, gawat kalo gitu! Jadi sebaiknya ini harus dipikirkan baik-baik. Jangan karena kalian sudah memiliki penghasilan lalu kalian berboros-boros ria. Berinvestasilah untuk masa depan, karena kalian gak mungkin selamanya bekerja kan? Kalian juga ingin menikmati hidup tenang kan? Jadi mulailah berinvestasi, bukan menabung ya! Saya sarankan investasi karena tabungan banyak pun kalo tergerus inflasi tetap saja percuma. Oh, dan satu lagi, jangan sampai kalian menjadi sandwitch generation, hehe.

Jadi, dari kelima realita ini, realita mana yang saat ini kalian rasakan paling berat? Atau adakah realita lain yang kalian rasa berat selain yang disebutkan di atas?