Tuesday, 10 October 2017

EKSPEDISI HIMITEKA IV (Pulau Jukung dan Ikan Pari-nya)

Halo semua, welcome back! Buat kalian yang belum baca gimana kejadian gue berangkat ke sini silakan cek website ini, klik ini.
peta buatan yustie!
Jadi hari itu tanggal 27 Agustus 2017. Hari pertama pengambilan data dan tujuan utama kita adalah Pulau Jukung. Pulau Jukung merupakan Pulau yang terletak paling utara dibandingkan dengan Pulau-Pulau lain yang akan kami datangi. Kami dibagi menjadi 4 tim. Tim Oseanografi, tim Hidrobio, Tim Akustik, dan Tim Pemetaan. Gue gak bakal cerita banyak tentang semua tim kecuali tim pemetaan karena gue berada di sana, hehe.

Berhubung tim Oseanografi alatnya belum sampe (alatnya masih dipakai penelitian di Probolinggo), akhirnya tugas mereka cukup sederhana, hanya di sekitar pulau untuk mengambil data kemiringan pantai menggunakan teodolit, tipe pantai, dan lebar pantai, serta sosek (sosial-ekonomi) di Pulau Jukung. Tim Akustik juga belum kerja apapun, so, 3 dari mereka ditarik untuk membantu anak pemetaan yang kekurangan orang sebab masih PIMNAS. Sisanya sosek di Pulau Kelapa Dua. (Oh ya, selamat kalian yang juara 2 pimnas!)
capt by Nabilla
Tim Hidrobio dan tim pemetaan sudah mulai bekerja. Kedua tim ini yang nyemplung ke air laut, yang waktu pulang paling hitam dibandingkan tim lainnya. Sedihnya, gue salah satunya, huff. Tim Hidrobio itu kebagi 3, ada anak mangrove, anak lamun, dan anak Terumbu Karang. Nah, anak Terumbu Karang ini kebagi lagi, ada yang iden (identifikasi) karang dan ada yang iden ikan. Sedangkan tim pemeteaan juga dibagi 3, ada infrastruktur, ada garis pantai, dan ada bentik (yang nyebmplung air sih cuma yang kebagian ambil data bentik). Kebetulan, di Pulau Jukung gue kebagian infrastruktur bareng Darin.

Kita berangkat menggunakan 2 kapal, kapal 1 harus memuat anak Hidrobio yang harus ke Pulau Harapan dulu ngambil tabung, karena mereka akan scuba diving. Gue masuk di kapal 2 yang isinya anak ose dan pemetaan dan sedikit anak akustik yang bantu anak pemetaan, langsung ke pulau tujuan. Kami sampai di sana pukul 8 pagi kalau tidak salah. Sang ketuplak bersama Pak Putra (beliau orang pulau Kelapa, narahubung kami minjem kapal, ngehubungi orang pulau, ngurusin kambing, loh! Ngurusin hp gue yang hilang, nah!), mereka izin ke orang pulau dulu dengan menunjukkan simaksi. Setelah diizinkan, kami pun menyebar.
video dari instagram
Gue sebagai anak infrastruktur yang didarat bertemu 2 orang yang tinggal disana. Mereka bilang, mereka hanya tinggal berempat di pulau itu. Wah, bayangkan sama kalian betapa sepinya di sana.
Jadi, kami diceritakan bahwa dulunya pulau ini ramai, sekitar 150 orang bekerja di sini. Loh kerja apa? Jadi dulu, tahun 1984 berdiri perusahaan budi daya ikan, tapi sayangnya bangkrut tahun 2014 lalu. Waktu gue berkeliling, kebetulan kami di tour guide sama mereka, beruntungnya. Kami menemukan kolam fiber besar-besar, banyak lagi, belum lagi alat-alat yang disebutkan bapaknya. Rasanya sayang banget, kolam-kolam beserta mesin pendukungnya harus tidak berfungsi lagi. Bayangkan betapa mahalnya harga yang dipertaruhkan untuk membuat semua ini dan akhirnya sekarang tinggal bangkai. Kolam sih masih bagus, masih bisa digunakan jika dan hanya jika industri ini kembali beroperaasi, cuma mesinnya itu loh, sayang banget, karatan, menguning, jadi rongsok.
capt by darin
Di sana juga ada laboratorium, gue masuk ke dalamnya. Ada dua buah mikroskop, autoclaf, tabung-tabung erlenmeyer yang jumlahnya banyak, belum lagi cairan-cairan kimia yang menurut dugaan gue bisa aja masih ada isinya sebagian!  dan masih banyak lagi alat yang mungkin gue gak sebut.

Gue sangat menyayangkan kebangkrutan suatu industri. Selain barang-barang yang ditinggal menjadi terbengkalai merongsok, para pekerja pun terpaksa harus diberhentikan. Mereka akhirnya menjadi pengangguran, padahal mungkin saja mereka punya sanak saudara yang harus dibiayai. Tapi gue juga kesel sama mereka yang mengelolanya, harusnya pengelolaannya bagus, pemasarannya oke, biar perusahaannya terus berlanjut, dan bukannya bangkrut. Tapi berhubung sudah terjadi, yaudalah, mungkin memang takdir industri tersebut, takdir para pekerja, mau gak mau harus diterima.

Sekitar jam 10-11 kami kembali ke dermaga karena sudah selesai mengambil data infrastruktur. Mereka yang ambil data garis pantai juga udah ada. Kami istirahat sambil makan keripik pisang dan kelapa muda yang baru diambil dan dibelah sama Pak Putra. Enak banget air kelapanya, segar. Sambil menikmati angin, tiba-tiba Dwi dapet telepon. Katanya, si ketuplak kami, Bale, terluka. Kotak P3K ada di dermaga, sedangkan Bale posisinya entah di bagian mana pulau. Katanya kakinya berlubang, infonya masih gak jelas.
capt by darin
Tak lama, Deden datang. Dia bilang kaki Bale kena ikan pari. Dia berniat ambil kotak P3K. Yaudah dikasihlah. Terus Deden pergi setelah mencicip air kelapa dan makan sedikit keripik pisang. Tak lama kemudian, Bale datang sama partner ambil datanya. Dia terpincang-pincang. Gue udah ngebayangi berlubang itu artinya bolong, seperti lubang yang bisa dipakai mengintip. Tapi ternyata hanya cekungan berlubang. Lumayan, jika di font calibri, buatlah tanda titik ukuran 48.

Katanya, setelah menakut-nakuti partnernya, Bale kena karma dengan terkena ekor ikan pari totol-totol biru. Dia langsung teriak. Darah keluar seperti air mancur dari bawah, blup blup suaranya katanya. Sampai di dermaga darahnya sudah tidak mengalir. Melihat dia kesakitan, kami tetap tega menertawakannya, tapi juga membantunya. Pak Putra juga ikut membantu mengobati.

Pulau Jukung ini memang banyak ikan parinya. Penanganan saat terkena ikan pari? Keluarkan darahnya. Pertama kami kasih bersihkan pake air kelapa (berhubung itu air yang paling dekat), lalu dikasih kapas yang sudah dibasahi alhohol. Setelah itu diikat kakinya, supaya racunnya tidak menyebar. Pak Putra cari remis sejenis kerang, lalu ditempelkan di lubang tadi, supaya racunnya dihisap remis katanya. Terus agak lama diganti jadi jeruk nipis, airnya dikucurkan ke lubang, lalu ditempeli jeruk nipis.

Bale kesakitan. Berhubung beberapa pengambilan data sudah selesai. Bale diantar pulang untuk ke puskesmas mengobati lukanya. Dia sempat keluar darah lagi sebab dia berlari. Lari-larian untuk meredakan linu dan mengalihkan pikiran dari sakit.

Bale pulang, gue ambil data infrastruktur lagi, soalnya yang awal salah, Jeger! (ceritanya suara petir). Setelah itu, kami menunggu yang lain selesai mengambil data. Semakin sore anginnya semakin kencang, gue tidur di pos deket dermaga supaya hangat. Setelah tim hidrobio selesai, barulah kami dijemput dengan kapalnya untuk pulang. Pulang ke Pulau Harapan dulu untuk mengembalikan tabung. Sambil gue jajan cilok dan jajanan lainnya. Di Kelapa Dua gak ada jajanan gerobak. Habis itu baru pulang ke Kelapa Dua. Ngantri mandi, makan, eval, dan tidur.

Sampai jumpa di hari ekspedisi selanjutnya!

2 comments:

  1. Lucu dut. Terbaik lah aku pemeran utamanya😁😁

    ReplyDelete
  2. Kok foto penulis terbalik?
    Kok pake "gue" ?

    ReplyDelete

pembaca yang keren adalah pembaca yang meninggalkan jejak :D
tapi tolong, jangan komen iklan atau promosi ya!