Wednesday, 18 October 2017

EKSPEDISI HIMITEKA IV (Pulau Melintang Kecil, hp yang hilang, dan Pulau Tongkeng)

Halo semua, inilah harinya. Hari apa? Baca sampai akhir ya! Sebelumnya kalian harus baca hari keberangkatan dan hari pertama ekspedisi, klik klik.
Pict by Darin
Tanggal 28 Agustus 2017 kami berngkat ke Pulau Melintang Kecil. Berhubung Bale kebagian sosek di Pulau Kelapa, jadi yang izin simaksi Dayat ditemani gue. Setelah dibolehkan semua tim bekerja seperti hari sebelumnya. Bedanya gue kebagian garis pantai. Setelah berdoa dan bertos-ria, gue bareng Dwi mengelilingi pulau, tracking dan point. Pulaunya kecil jadi Cuma butuh waktu sedikit juga. Habis itu, karena gak mau gabut. Kami bantuin tim pemetaan yang bentik. Itu hari pertama gue nyemplung air. Hari itu, ombaknya lumayan besar dan pulau ini banyak bulu-babinya.
Pict by Darin
Ngomong-ngomong bulu babi, kami sempat memakannya loh! Jadi, Reki yang ambilin bulu babi ke pinggir pantai, terus Rizal yang mukul-mukulin bulu babi plus ngebelahnya, terus dimakan deh. Gue cuma nyicip secuil karena amis. Rasanya mirip daging udang tapi masih lebih enak udang, haha. Mau lagi? Hmm tidak, seenggaknya gue udah pernah nyoba bulu-babi, yeay!
Pict by Darin. In frame: Uti-Dinda-Dwi
Niatnya gue mau bantu anak bentik, tapi berhubung outfit gue terjadi sesuatu. Hmm, gini, gue kebetulan pake legging biasa, bukan legging renang. So, begitu gue duduk di tangga menuju laut. Kebetulan batunya itu tidak mulus alias bergerinjul, menyebabkan celana gue yang rapuh ini robek, duh! Alhasil gue gak jadi bantuin anak bentik.
Pict by Ala. In frame: Uti-Ain
Akhirnya gue foto-foto aja, bersantai, tiduran. Di pulau ini banyak tempat duduk yang biasa orang berjemur itu loh, gue tidur disitu, enak, adem, anginnya mendukung. Terus pas Ala ajak gue foto-foto pake hp orang, gue tinggal lah tas dan hp gue. Lalu menuju spot foto terbaik. Tak lama, teman yang lain menyuruh pulang. Berhubung temen gue udah ada yang bawain tas gue, gue terima dan kami pulang.
Pict by Igan. In frame: Uti-Ain-Dinda-Ati-Dwi
Dan yang bikin sedih adalah, setelah gue turun dari kapal, gue nyariin hp gue, di kantong jaket gak ada, di tas juga gak ada. Hp gue ilang. Ilang. Ilang coy! Ilang beneran. Mencoba untuk menganggap keselip, gue ke warung dulu buat jajan, beli mie. Pulangnya gue cari lagi hp gue. Hasilnya? Nihil. Hp gue beneran gak ada, mungkin ketinggalan di pulau. Gue telpon nyambung, tapi gak ada yang angkat.
Malamnya, Deden nanyain gue terkait hp. Terus kami minta bantu Pak Putra buat ngehubungi orang pulau Melintang supaya nyariin hp gue di lokasi ketinggalan. Gue mencoba  yakin hp gue ada di Pulau Melintang Kecil.

Besoknya, 29 Agustus 2017, tujuan kami Pulau tongkeng. Namun, berhubung lokasi Pulau tongkeng dan Pulau Melintang berdekatan alias bersebrangan. Kami ke Pulau melintang dulu, mencari hp. Gue, Ain, Reki, Deden, dan Pak Putra turun untuk nyari hp. Tapi hasilnya gak ada. Orang pulau juga bilang mereka udah cari dari jam 8 sampai jam 11 malam tapi hasilnya gak ada. Gue telpon juga percuma, tuh baterai tinggal sedikit terakhir gue liat jadi pasti sekarang udah mati, udah masuk voice mail. Gue sedih, mencoba ikhlas.
peta buatan Yustie!
Akhirnya kita lanjut ke Pulau Tongkeng. Gue mengalihkan pikiran gue dari hp. Gue ambil garis pantai lagi bareng Dwi. Setelah selesai, Dwi nawarin gue buat nelpon nyokap. Gue gak hafal nomor nyokap karena dia sempat ganti nomor. Gue gak hafal nomor baru. Jadi gue nelpon kakak pertama gue. Cuma nomor dia yang gue hafal. Dia lagi di Rumah Sakit. Tepatnya kemarin kakak gue ini melahirkan, anaknya cewek. Dia di rumah sakit sama suaminya. Gue minta nomor nyokap. Setelah dikasih, gue hubungi nomor nyokap. Tapi gak diangkat. Duh, kebiasaan nomor gak dikenal gak pernah diangkat. Yaudah, nanti gue coba lagi aja.

Di Tongkeng, paginya gue tracking garis pantai, gue ketemu anak-anak lain yang ambil data lain di tiap-tiap bagian pulau. Ada yang ambil kemiringan pantai, ada yang ambil data mangrove, ada yang ambil data lamun, dan tak lupa mereka yang ambil data bentik.
pict by Nabilla
Pulau Tongkeng ini dulunya pulau wisata. Namun, katanya pulau ini sudah jarang didatangi. Sekitar 10 tahun terakhir sudah tidak ada pengunjung. Penginapan-penginapan pun dirobohkan. Tapi yang gue suka, di sini airnya tawar. Waktu gue sholat dzuhur, tempat sholatnya itu semacam pendopo kecil gitu. Gue liat ke samping kanan, tembus laut, gue liat ke samping kiri juga tembus laut. Saking kecilnya pulau ini. Lo di tengah-tengah aja masih bisa ngeliat laut. Gue suka, di sini air lautnya juga jernih. Gue duduk-duduk di deket dermaga kan, dan di bawahnya itu jelas banget banyak ikan-ikan kecil menggerombol. Rasanya pengen berenang di situ. Cantik banget.
pict by Darin
 Setelah selesai sambil nunggu yang lain kumpul, gue foto-foto. Di sini Darin dan Ain nemuin ransum. Itu sejenis biskuit buat orang terdampar. Lo pernah nonton “Life of Pi”? Di sana, tokoh utama makan biskuit tiap enam jam. Nah, itu dia yang ditemuin di sekitar mangrove. Kebetulan anak hidrobio juga nemu katanya di laut. Biskuitnya tuh dikemas kedap udara. Tujuannya supaya awet, kalo kena air gak akan rembes atau liat. Pas gue coba, rasanya kayak kue tingting gitu, tapi teksturnya lebih keras. Gue suka tapi gak doyan. Lucu sih, expirednya sekitar beberapa bulan lagi, mungkin sengaja dibuang(?).
Siangnya, setelah semua makan siang. Anak pemetaan balik lagi ke Pulau Melintang Kecil karena ada beberapa wilayah bentik di sana yang belum tercover. Gue nggak bantu ambil data bentik karena kebetulan data yang gua ambil di Melintang kemarin kan ikutan hilang bersama hp gue, jadi gue ngulang ambil data garis pantai ditemani Ain. Setelah selesai mengambil data, kita balik lagi ke dermaga Pulau Melintang, menunggu dijemput kapal tim hidrobio. Sumber air di Pulau Melintang itu tawar dan melimpah, gue suka. Jadi gue langsung bilas booties gue pas mau pulang. Daripada nanti di mess, airnya payau, euh!
pict by Ala. In frame: Uti-Ain
Akhirnya kami pulang ke Pulau Kelapa Dua. Setelah mandi, gue langsung ke Dwi untuk minjem hpnya. Gue ngehubungi nyokap lagi. Beliau angkat telponnya. Dan begitulah gue cerita. Gak banyak yang gue ceritain, tapi di situ gue nangis. Nyokap gue gak marah, tapi gue kok malah jadi makin sedih?

Udah ah, jangan sedih, sampai jumpa cerit selanjutnya!

No comments:

Post a Comment

pembaca yang keren adalah pembaca yang meninggalkan jejak :D
tapi tolong, jangan komen iklan atau promosi ya!