Halo semua,
inilah harinya. Hari apa? Baca sampai akhir ya! Sebelumnya kalian harus baca
hari keberangkatan dan hari pertama ekspedisi, klik klik.
Pict by Darin |
Tanggal 28
Agustus 2017 kami berngkat ke Pulau Melintang Kecil. Berhubung Bale kebagian
sosek di Pulau Kelapa, jadi yang izin simaksi Dayat ditemani gue. Setelah
dibolehkan semua tim bekerja seperti hari sebelumnya. Bedanya gue kebagian
garis pantai. Setelah berdoa dan bertos-ria, gue bareng Dwi mengelilingi pulau,
tracking dan point. Pulaunya kecil jadi Cuma butuh waktu sedikit juga. Habis
itu, karena gak mau gabut. Kami bantuin tim pemetaan yang bentik. Itu hari
pertama gue nyemplung air. Hari itu, ombaknya lumayan besar dan pulau ini
banyak bulu-babinya.
Pict by Darin |
Ngomong-ngomong
bulu babi, kami sempat memakannya loh! Jadi, Reki yang ambilin bulu babi ke
pinggir pantai, terus Rizal yang mukul-mukulin bulu babi plus ngebelahnya,
terus dimakan deh. Gue cuma nyicip secuil karena amis. Rasanya mirip daging
udang tapi masih lebih enak udang, haha. Mau lagi? Hmm tidak, seenggaknya gue
udah pernah nyoba bulu-babi, yeay!
Pict by Darin. In frame: Uti-Dinda-Dwi |
Niatnya gue mau
bantu anak bentik, tapi berhubung outfit gue terjadi sesuatu. Hmm, gini, gue
kebetulan pake legging biasa, bukan legging renang. So, begitu gue duduk di
tangga menuju laut. Kebetulan batunya itu tidak mulus alias bergerinjul,
menyebabkan celana gue yang rapuh ini robek, duh! Alhasil gue gak jadi bantuin
anak bentik.
Pict by Ala. In frame: Uti-Ain |
Akhirnya gue
foto-foto aja, bersantai, tiduran. Di pulau ini banyak tempat duduk yang biasa
orang berjemur itu loh, gue tidur disitu, enak, adem, anginnya mendukung. Terus
pas Ala ajak gue foto-foto pake hp orang, gue tinggal lah tas dan hp gue. Lalu
menuju spot foto terbaik. Tak lama, teman yang lain menyuruh pulang. Berhubung
temen gue udah ada yang bawain tas gue, gue terima dan kami pulang.
Pict by Igan. In frame: Uti-Ain-Dinda-Ati-Dwi |
Dan yang bikin
sedih adalah, setelah gue turun dari kapal, gue nyariin hp gue, di kantong
jaket gak ada, di tas juga gak ada. Hp gue ilang. Ilang. Ilang coy! Ilang
beneran. Mencoba untuk menganggap keselip, gue ke warung dulu buat jajan, beli
mie. Pulangnya gue cari lagi hp gue. Hasilnya? Nihil. Hp gue beneran gak ada,
mungkin ketinggalan di pulau. Gue telpon nyambung, tapi gak ada yang angkat.
Malamnya, Deden
nanyain gue terkait hp. Terus kami minta bantu Pak Putra buat ngehubungi orang
pulau Melintang supaya nyariin hp gue di lokasi ketinggalan. Gue mencoba yakin hp gue ada di Pulau Melintang Kecil.
Besoknya, 29
Agustus 2017, tujuan kami Pulau tongkeng. Namun, berhubung lokasi Pulau
tongkeng dan Pulau Melintang berdekatan alias bersebrangan. Kami ke Pulau
melintang dulu, mencari hp. Gue, Ain, Reki, Deden, dan Pak Putra turun untuk
nyari hp. Tapi hasilnya gak ada. Orang pulau juga bilang mereka udah cari dari
jam 8 sampai jam 11 malam tapi hasilnya gak ada. Gue telpon juga percuma, tuh
baterai tinggal sedikit terakhir gue liat jadi pasti sekarang udah mati, udah
masuk voice mail. Gue sedih, mencoba ikhlas.
peta buatan Yustie! |
Akhirnya kita
lanjut ke Pulau Tongkeng. Gue mengalihkan pikiran gue dari hp. Gue ambil garis
pantai lagi bareng Dwi. Setelah selesai, Dwi nawarin gue buat nelpon nyokap.
Gue gak hafal nomor nyokap karena dia sempat ganti nomor. Gue gak hafal nomor
baru. Jadi gue nelpon kakak pertama gue. Cuma nomor dia yang gue hafal. Dia
lagi di Rumah Sakit. Tepatnya kemarin kakak gue ini melahirkan, anaknya cewek.
Dia di rumah sakit sama suaminya. Gue minta nomor nyokap. Setelah dikasih, gue
hubungi nomor nyokap. Tapi gak diangkat. Duh, kebiasaan nomor gak dikenal gak
pernah diangkat. Yaudah, nanti gue coba lagi aja.
Di Tongkeng,
paginya gue tracking garis pantai, gue ketemu anak-anak lain yang ambil data
lain di tiap-tiap bagian pulau. Ada yang ambil kemiringan pantai, ada yang
ambil data mangrove, ada yang ambil data lamun, dan tak lupa mereka yang ambil
data bentik.
pict by Nabilla |
Pulau Tongkeng
ini dulunya pulau wisata. Namun, katanya pulau ini sudah jarang didatangi.
Sekitar 10 tahun terakhir sudah tidak ada pengunjung. Penginapan-penginapan pun
dirobohkan. Tapi yang gue suka, di sini airnya tawar. Waktu gue sholat dzuhur,
tempat sholatnya itu semacam pendopo kecil gitu. Gue liat ke samping kanan,
tembus laut, gue liat ke samping kiri juga tembus laut. Saking kecilnya pulau
ini. Lo di tengah-tengah aja masih bisa ngeliat laut. Gue suka, di sini air
lautnya juga jernih. Gue duduk-duduk di deket dermaga kan, dan di bawahnya itu
jelas banget banyak ikan-ikan kecil menggerombol. Rasanya pengen berenang di
situ. Cantik banget.
pict by Darin |
Setelah selesai
sambil nunggu yang lain kumpul, gue foto-foto. Di sini Darin dan Ain nemuin
ransum. Itu sejenis biskuit buat orang terdampar. Lo pernah nonton “Life of
Pi”? Di sana, tokoh utama makan biskuit tiap enam jam. Nah, itu dia yang
ditemuin di sekitar mangrove. Kebetulan anak hidrobio juga nemu katanya di
laut. Biskuitnya tuh dikemas kedap udara. Tujuannya supaya awet, kalo kena air
gak akan rembes atau liat. Pas gue coba, rasanya kayak kue tingting gitu, tapi
teksturnya lebih keras. Gue suka tapi gak doyan. Lucu sih, expirednya sekitar
beberapa bulan lagi, mungkin sengaja dibuang(?).
Siangnya,
setelah semua makan siang. Anak pemetaan balik lagi ke Pulau Melintang Kecil
karena ada beberapa wilayah bentik di sana yang belum tercover. Gue nggak bantu
ambil data bentik karena kebetulan data yang gua ambil di Melintang kemarin kan
ikutan hilang bersama hp gue, jadi gue ngulang ambil data garis pantai ditemani
Ain. Setelah selesai mengambil data, kita balik lagi ke dermaga Pulau
Melintang, menunggu dijemput kapal tim hidrobio. Sumber air di Pulau Melintang
itu tawar dan melimpah, gue suka. Jadi gue langsung bilas booties gue pas mau
pulang. Daripada nanti di mess, airnya payau, euh!
pict by Ala. In frame: Uti-Ain |
Akhirnya kami
pulang ke Pulau Kelapa Dua. Setelah mandi, gue langsung ke Dwi untuk minjem
hpnya. Gue ngehubungi nyokap lagi. Beliau angkat telponnya. Dan begitulah gue
cerita. Gak banyak yang gue ceritain, tapi di situ gue nangis. Nyokap gue gak
marah, tapi gue kok malah jadi makin sedih?
Udah ah, jangan
sedih, sampai jumpa cerit selanjutnya!
No comments:
Post a Comment
pembaca yang keren adalah pembaca yang meninggalkan jejak :D
tapi tolong, jangan komen iklan atau promosi ya!