Showing posts with label Ekspedisi. Show all posts
Showing posts with label Ekspedisi. Show all posts

Thursday, 19 October 2017

EKSPEDISI HIMITEKA IV (Pulau Genteng dan Pulau Macan kecil)

Halo semua, ketemu lagi sama gue kalo lo emang ngikutin cerita gue. Yang gak ngikutin, mungkin bisa liat berurutan dari pas hari keberangkatan, hari kesatu, dan harikedua+ketiga.
Map by Yustie!
Jadi, kali ini gue mau cerita tanggal 30 Agustus 2017 di saat gue ekspedisi ke Pulau Genteng. Hari ini, 4 orang yang menyusul datang, dan 2 diantaranya adalah anak pemetaan. Tapi mereka nggak langsung ambil data pemetaan karena mereka datangnya siang jadi ribet tuker-tuker orang. So, mereka bantu anak Oseano yang alatnya akhirnya datang.

Seperti biasa, paginya gue kebagian garis pantai lagi bareng Dwi. Siangnya barulah kami berpanas-panas menghitamkan kulit ke tubir untuk ambil data bentik. Di sini gue ikutan bantuin. Juga di sinilah semua keeksotisan gue terlihat (baca: belang). Di deket pantai, pemandangan lautnya cuma alga, rubble, pasir, sedikit lamun, sedikit karang hidup, sedikit karang mati, dan sponge. Tapi begitu mencapai tengah, mulai ketemu bulu babi. Sumpah gue panik banget pas gue berenang di atas bulu babi. Bayangin itu duri-durinya deket banget sama badan gue, itu dangkal banget dan gue ngambang di atasnya berusah untuk gak kena. Itu depan mata banget, rasanya 10 sentimeter lagi mungkin gue udah ketusuk. Bahkan Reki sempet ketusuk kakinya.

Di samping itu, setelah mencapai tubir, di antara laut yang warna hijau dan biru. Gila, keren banget coy, karang hidupnya tuh bagus, berwarna, beragam, keren, suka. Gue betah di tubir. Walaupun hanya mengandalkan ADS berupa masker, sorkel, dan fins, gue udah cukup puas. Seandainya ada scuba set. Ah, betapa beruntungnya yang kebagian pengambilan data terumbu karang.

Setelah ambil data bentik, kita balik ke deket dramaga. Tadinya gue ngajakin yang lain supaya kita balik ke dermaga dengan berenang di sepanjang tubir. Tapi, berhubung mereka yang ambil data bentik dari pagi udah capek parah, jadi kita berjalan kaki saja. Sesampainya, gue langsung ajakin mereka berenang di dermaga. Anak-anak cowok saling nunjukin gaya keren melompat dari dermaga. Yang gak mau turun diceburin, bahkan yang udah mandi diceburin lagi, haha. Seru banget. Berasa liburan. Padahal dari pagi sampe hampir ke sore kami capek ambil data. Tapi semangat bermain kami masih aja ada, dasar anak muda. Setelah capek, kita balik ke dekat dermaga.
pict by Darin
Di deket dramaga tuh cozy banget tempatnya. Di bawah kanopi besar, terdapat meja panjang di sepanjang kanan dan kirinya. Di tengahnya ada beberapa kursi santai juga. Sambil selonjoran di kursi santai, gue liatin anak-anak yang main voli. Mereka buat lingkaran, dan kalo ada bola yang bisa ditangkep, mereka harus push up 5 kali. Gue gak ikutan, gue gak terlalu mahir voli, ntar malah gue kebanyakan push up nya daripada mainin bolanya. Gue suka banget sama keceriaan di Pulau Genteng, ngambil datanya gak kerasa, gak kayak pulau-pulau sebelumnya.
Besoknya, tanggal 31 Agustus 2017, kami ke Pulau Macan Kecil. Fyi, Pulau Macan ini pulau wisata beneran. Maksud gue, di sini sudah berkembang ekowisatanya. Pas gue dan temen-temen sampe sana. Gue disambut sama pekerja di sana dan diperingatkan untuk tidak berisik karena saat itu banyak tamu. Gue beruntung banget bisa ke sini, gimana nggak? Butuh sekitar 2,4 – 2,8 juta lo bisa berlibur kesini 2 hari 1 malam. Dan gue ke sini gratis, hanya berandalkan simaksi (surat izin masuk kawasan konservasi) and here we are!
Pict by Stark! In frame: Atas (Widi-Sihar-Jordan-Geza), Bawah (Darin-Reki-Uti-Asrul-Dwi)
Terus di sini ada apa aja sih? Keren coy! Ini pulau emang kecil, kecil banget, tapi tata ruangnya mantep. Semua lahan digunakan sebaik-baiknya. Di setiap pinggir-pinggir pulau terdapat penginapan. Penginapan di sana terbuka menghadap laut. Terbukanya tuh beneran terbuka. Kayak sebuah ruangan persegi dengan   hanya 3 dinding di sekitarnya, sedangkan dinding lainnya tidak ada dan menghadap ke laut. Yaah, paling Cuma di gorden-in doang kalo dingin pas malem. Penginapannya juga macem-macem sih. Ada yang berupa rumah juga. Tapi sumpah, keren banget. Suka!
Sumber: web natgeo
 Kamar mandinya umum, jadi kalo lo mau mandi, lo musti ngantre. Gue Cuma nemuin 3 kamar mandi sih. Tapi mungkin buat yang penginapan yang berbentuk rumah ada kamar mandi di dalamnya. Kamar mandinya juga bagus banget, dibentuk dari batu-batu alami gitu tapi cukup mewah. Airnya juga tawar. Yaahh, dapet kabar sih airnya itu impor dari Pulau Sebaru Besar, bukan asli air sana.
Sumber: web natgeo
Ada mushola juga, panggung pendopo gitu juga. Tapi enak, bawaannya nyaman deh kalo di sana.  Oh iya, gue udah bilang belum? Kan penginapannya tuh kayak panggung gitu kan lantainya. Dan kalian harus tau! Di sana banyak biawak! Gue selama ambil data infrastruktur di sana menemukan dua biawak. Dia jalan aja tuh biasa ke kolong-kolong panggung, terus masuk ke air laut, terus naik lagi, terus ke semak-semak, terus nyebrangin jalan setapak. Duh! Tapi tenang, mereka takut manusia deh. Soalnya pas dideketin kabur, jadi pas mau ambil video si biawak kita ngendap-ngendap. Entah ini sial atau nggak, pas kami lagi ngendap-ngendap, si biawak malah eek di depan kita, ew! Dasar binatang. Ahh, reptil satu ini mengingatkan gue dengan komodo. Ahh, jadi pengen ke Pulau Komodo yang belum kesampean haha. Gapapa lah, komodo versi kecil dulu, baru komodo asli, hehe.
pict by Darin
Siangnya, setelah gua puas berkeliling-keliling pulau Macan, gue ambil data bentik. Berhubung anak Oseano udah selesai ambil data. Kami minjam satu GPSnya. Jadi gini, kemarin pas ambil data di Melintang, datanya belum di back up, tapi udah dihapus, jadi kami harus ngulang ambil data di sana lagi. Duh, sampe bapak di Pulau Melintang nanyain ke mereka apa mereka mau nyari hp lagi, wkwk.
Yahh, pokoknya gue gak ikut ke Melintang. Tugas gue di tubir Macan Kecil. Asal lo tau, Pulaunya aja yang ukurannya kecil, tapi tubirnya astaga luaaaasss sekali. Tuh liat gambar di bawah ini, yg warna cyan itu tubirnya, dan kami harus menelusurinyaTubirnya nyatu dengan pulau sebelah, Pulau Macan Gundul.  Jadi banyak wisatawan yang naik kano, atau berenang, atau berjalan juga bisa ke pulau sebelah. Berhubung di Pulau Macan gak ada pantai, kalo mau main pantai ya ke Macan Gundul itu.
Map by Yustie!
Sekelilingnya tuh biasa aja sih, rubble, pasir, alga, lamun, sedikit karang hidup, tapi pas nyampe tubir karang hidupnya banyak. Tapi sejujurnya, sesungguhnya, sebenarnya, karang yang bagus itu justru yang berada di dekat dermaga. Mungkin karena tubir dermaga itu jaraknya dekat, jadi tanpa perlu jauh-jauh udah nemuin spot keren di sana. Kebetulan mereka juga bilangnya ekowisatanya jalan, jadi pas gue liat di sekitar dermaga emang mereka transplan karang gitu. Yaah, keren deh. Coba aja pulau-pulau sebelumnya yang didatangi yang kayak begini. Untung banget gue haha.

OH! Gue juga mau cerita. Gue di sini ketemu Jessica. Dia lulusan ilmu kelautan UNPAD. Dia cerita pekerjaannya, dan yaampun! Yang gini loh pekerjaan yang gue incer itu. Di bidang konservasi. Gak mesti WWF atau Natgeo tapi yang gini juga gapapa. Gue suka ngiri sama mereka yang kerja di bidang konsevasi, baik di darat atau di laut. Rasanya seru. Soalnya ketemu alam terus. Gue emang bukan anak klub pecinta alam (Gue selalu gak dibolehin sama nyokapL) tapi alam seperti menarik gue untuk mencintainya. Nature make me comfy. Rasanya bosen aja kalo misal gue kerjanya cuma di kantor, hff.

Semoga gue bisa begitu, gak musti Pulau Macan, asal bidang konservasi! Semoga.

Bye, sampai jumpa di cerita selanjutnya!
pict by Mufti using Drone

Wednesday, 18 October 2017

EKSPEDISI HIMITEKA IV (Pulau Melintang Kecil, hp yang hilang, dan Pulau Tongkeng)

Halo semua, inilah harinya. Hari apa? Baca sampai akhir ya! Sebelumnya kalian harus baca hari keberangkatan dan hari pertama ekspedisi, klik klik.
Pict by Darin
Tanggal 28 Agustus 2017 kami berngkat ke Pulau Melintang Kecil. Berhubung Bale kebagian sosek di Pulau Kelapa, jadi yang izin simaksi Dayat ditemani gue. Setelah dibolehkan semua tim bekerja seperti hari sebelumnya. Bedanya gue kebagian garis pantai. Setelah berdoa dan bertos-ria, gue bareng Dwi mengelilingi pulau, tracking dan point. Pulaunya kecil jadi Cuma butuh waktu sedikit juga. Habis itu, karena gak mau gabut. Kami bantuin tim pemetaan yang bentik. Itu hari pertama gue nyemplung air. Hari itu, ombaknya lumayan besar dan pulau ini banyak bulu-babinya.
Pict by Darin
Ngomong-ngomong bulu babi, kami sempat memakannya loh! Jadi, Reki yang ambilin bulu babi ke pinggir pantai, terus Rizal yang mukul-mukulin bulu babi plus ngebelahnya, terus dimakan deh. Gue cuma nyicip secuil karena amis. Rasanya mirip daging udang tapi masih lebih enak udang, haha. Mau lagi? Hmm tidak, seenggaknya gue udah pernah nyoba bulu-babi, yeay!
Pict by Darin. In frame: Uti-Dinda-Dwi
Niatnya gue mau bantu anak bentik, tapi berhubung outfit gue terjadi sesuatu. Hmm, gini, gue kebetulan pake legging biasa, bukan legging renang. So, begitu gue duduk di tangga menuju laut. Kebetulan batunya itu tidak mulus alias bergerinjul, menyebabkan celana gue yang rapuh ini robek, duh! Alhasil gue gak jadi bantuin anak bentik.
Pict by Ala. In frame: Uti-Ain
Akhirnya gue foto-foto aja, bersantai, tiduran. Di pulau ini banyak tempat duduk yang biasa orang berjemur itu loh, gue tidur disitu, enak, adem, anginnya mendukung. Terus pas Ala ajak gue foto-foto pake hp orang, gue tinggal lah tas dan hp gue. Lalu menuju spot foto terbaik. Tak lama, teman yang lain menyuruh pulang. Berhubung temen gue udah ada yang bawain tas gue, gue terima dan kami pulang.
Pict by Igan. In frame: Uti-Ain-Dinda-Ati-Dwi
Dan yang bikin sedih adalah, setelah gue turun dari kapal, gue nyariin hp gue, di kantong jaket gak ada, di tas juga gak ada. Hp gue ilang. Ilang. Ilang coy! Ilang beneran. Mencoba untuk menganggap keselip, gue ke warung dulu buat jajan, beli mie. Pulangnya gue cari lagi hp gue. Hasilnya? Nihil. Hp gue beneran gak ada, mungkin ketinggalan di pulau. Gue telpon nyambung, tapi gak ada yang angkat.
Malamnya, Deden nanyain gue terkait hp. Terus kami minta bantu Pak Putra buat ngehubungi orang pulau Melintang supaya nyariin hp gue di lokasi ketinggalan. Gue mencoba  yakin hp gue ada di Pulau Melintang Kecil.

Besoknya, 29 Agustus 2017, tujuan kami Pulau tongkeng. Namun, berhubung lokasi Pulau tongkeng dan Pulau Melintang berdekatan alias bersebrangan. Kami ke Pulau melintang dulu, mencari hp. Gue, Ain, Reki, Deden, dan Pak Putra turun untuk nyari hp. Tapi hasilnya gak ada. Orang pulau juga bilang mereka udah cari dari jam 8 sampai jam 11 malam tapi hasilnya gak ada. Gue telpon juga percuma, tuh baterai tinggal sedikit terakhir gue liat jadi pasti sekarang udah mati, udah masuk voice mail. Gue sedih, mencoba ikhlas.
peta buatan Yustie!
Akhirnya kita lanjut ke Pulau Tongkeng. Gue mengalihkan pikiran gue dari hp. Gue ambil garis pantai lagi bareng Dwi. Setelah selesai, Dwi nawarin gue buat nelpon nyokap. Gue gak hafal nomor nyokap karena dia sempat ganti nomor. Gue gak hafal nomor baru. Jadi gue nelpon kakak pertama gue. Cuma nomor dia yang gue hafal. Dia lagi di Rumah Sakit. Tepatnya kemarin kakak gue ini melahirkan, anaknya cewek. Dia di rumah sakit sama suaminya. Gue minta nomor nyokap. Setelah dikasih, gue hubungi nomor nyokap. Tapi gak diangkat. Duh, kebiasaan nomor gak dikenal gak pernah diangkat. Yaudah, nanti gue coba lagi aja.

Di Tongkeng, paginya gue tracking garis pantai, gue ketemu anak-anak lain yang ambil data lain di tiap-tiap bagian pulau. Ada yang ambil kemiringan pantai, ada yang ambil data mangrove, ada yang ambil data lamun, dan tak lupa mereka yang ambil data bentik.
pict by Nabilla
Pulau Tongkeng ini dulunya pulau wisata. Namun, katanya pulau ini sudah jarang didatangi. Sekitar 10 tahun terakhir sudah tidak ada pengunjung. Penginapan-penginapan pun dirobohkan. Tapi yang gue suka, di sini airnya tawar. Waktu gue sholat dzuhur, tempat sholatnya itu semacam pendopo kecil gitu. Gue liat ke samping kanan, tembus laut, gue liat ke samping kiri juga tembus laut. Saking kecilnya pulau ini. Lo di tengah-tengah aja masih bisa ngeliat laut. Gue suka, di sini air lautnya juga jernih. Gue duduk-duduk di deket dermaga kan, dan di bawahnya itu jelas banget banyak ikan-ikan kecil menggerombol. Rasanya pengen berenang di situ. Cantik banget.
pict by Darin
 Setelah selesai sambil nunggu yang lain kumpul, gue foto-foto. Di sini Darin dan Ain nemuin ransum. Itu sejenis biskuit buat orang terdampar. Lo pernah nonton “Life of Pi”? Di sana, tokoh utama makan biskuit tiap enam jam. Nah, itu dia yang ditemuin di sekitar mangrove. Kebetulan anak hidrobio juga nemu katanya di laut. Biskuitnya tuh dikemas kedap udara. Tujuannya supaya awet, kalo kena air gak akan rembes atau liat. Pas gue coba, rasanya kayak kue tingting gitu, tapi teksturnya lebih keras. Gue suka tapi gak doyan. Lucu sih, expirednya sekitar beberapa bulan lagi, mungkin sengaja dibuang(?).
Siangnya, setelah semua makan siang. Anak pemetaan balik lagi ke Pulau Melintang Kecil karena ada beberapa wilayah bentik di sana yang belum tercover. Gue nggak bantu ambil data bentik karena kebetulan data yang gua ambil di Melintang kemarin kan ikutan hilang bersama hp gue, jadi gue ngulang ambil data garis pantai ditemani Ain. Setelah selesai mengambil data, kita balik lagi ke dermaga Pulau Melintang, menunggu dijemput kapal tim hidrobio. Sumber air di Pulau Melintang itu tawar dan melimpah, gue suka. Jadi gue langsung bilas booties gue pas mau pulang. Daripada nanti di mess, airnya payau, euh!
pict by Ala. In frame: Uti-Ain
Akhirnya kami pulang ke Pulau Kelapa Dua. Setelah mandi, gue langsung ke Dwi untuk minjem hpnya. Gue ngehubungi nyokap lagi. Beliau angkat telponnya. Dan begitulah gue cerita. Gak banyak yang gue ceritain, tapi di situ gue nangis. Nyokap gue gak marah, tapi gue kok malah jadi makin sedih?

Udah ah, jangan sedih, sampai jumpa cerit selanjutnya!

Friday, 22 September 2017

EKSPEDISI HIMITEKA IV (Keberangkatan ke Pulau Kelapa Dua)

Halo semua, kali ini gue mau cerita tentang perjalanan ekspedisi gue selama 9 hari. Produktifnya cuma 7 hari sih, sisanya perjalanan pergi dan pulang. Perjalanan dan pengalaman yang bikin kulit gue eksotis banget, pake banget, hp gue hilang, dan apalagi ya? haha. Total semua yang berangkat ada 41 manusia tapi 5 manusia diantaranya menyusul pas hari ke-4 karena 3 anak lagi PIMNAS PKM dan 2 asisten ahli yang menyusul membantu pengambilan data.
Hari itu tanggal 25 Agustus 2017 kasusnya gue lagi temu kangen sama Reva karena semenjak KKN dan libur gue belum ketemu lagi. So, kami ke Recheese Dramaga yang baru buka (berhubung masih diskon 50%) lanjut ke kostan Reva yang baru sebab gue belum pernah ke sana. Kami berlarut-larut-ria menghabiskan waktu hingga magrib karena rencana awalnya jam 7 malam ratek, pulang ke kostan, packing, terus kumpul lagi jam 12 malam untuk briefing keberangkatan. BUT, tiba-tiba disuruh kumpul jam 8 malam dengan kondisi sudah packing dan siap berangkat.

Alhasil, gue yang jam 7 baru kelar makan langsung packing kilat, mandi, dan caw jam setengah 9 malam dianter Reva kusayang. Reva gak ikut, dia mau pulang ke Medan, huaaa L. Nyebelinnya, di sana baru sedikit orang, huff, tapi gapapa daripada pergi lebih malam tapi gak dianter Reva. Soalnya begini loh, jarak kostan gue dan tempat kumpul (Sekret Himiteka, Gedung FPIK) itu jauhnya lumayan. Lo tau IPB Dramaga luas kan? Nah, lu musti jalan dari ujung ke ujung kampus! Yeah, begitulah nasibnya fakultas kami yang letaknya jauh dari garis depan.

Singkat cerita, gue sampe kampus, melihat bawaan mereka. Ada yang pake carier, ada yang bawa tas gendong gede plus goodie bag, ada yang bawa koper kecil (anak-anak bilangnya tas drone, wkwk). Sedangkan gue bawa 3 tas, tas merah gue yang biasa (isi laptop, alat sholat, make up, dompet, makanan), tas jinjing hitam gue yang ukurannya lumayan (isi baju, booties, makanan), dan tas ADS gue (masker, snorkel, fins, makanan). Hahaha isi semua tas gue selalu ada makanan.

Bosan menunggu, kami ngobrol, jajan, ngemil, lalu tidur, hingga pukul 2 dini hari tanggal 26 Agustus bus datang. Kami pun memasuki alat-alat terlebih dahulu dikomandokan para logstraner.Setelah itu kami memasuki diri kami sendiri ke bus. Tapi sebelumnya kami sempat briefing berdoa demi kelancaran ekspedisi. Kami berangkat jam 3 dini hari. Semua orang tidur di bus. Pukul 4 lewat 30 menit kami sampai di Pelabuhan Sunda Kelapa. Itu pertama kalinya gue disitu, dan ternyata Sunda Kelapa ini dipenuhi banyak balok-balok yang biasanya di belakang truk. Lo tau kan maksud gue? Gue gatau namanya, hehe. Tiba-tiba keinget film Step Up yang dance-dance gitu, haha.
Kami naik kapal Sabuk Nusantara. Fyi, kapal ini berangkat dari Sunda Kelapa-P.Untung Jawa-P.Pramuka-P.Harapan-P.Kelapa tiap hari Senin, Rabu, dan Sabtu serta balik lagi dengan rute kebalikannya yaitu hari Selasa, Kamis, dan Minggu. Gue rekomen buat yang mau ke Kepulauan Seribu mending naik ini aja, walaupun waktu perjalanannya lebih lama, tapi untungnya lebih banyak. Tarifnya cuma 15ribu, beda kalo lo naik kapal ojek biasa yang kalo ke Kelapa bisa sampe 45-55ribu. Terus, di sini juga ada tempat tidurnya gitu, cepet-cepetan sih, tapi gue selalu dapet jadi enak gue tidur hampir di sepanjang perjalanan.

Kami sampe ke Sunda Kelapa itu kepagian coy. Kapalnya masih sepi. Dermaganya juga masih sepi. Terus baru terdengar adzan, tapi bingung mau sholat ke mana. Untungnya gue sedang berhalangan, hehe. Akhirnya kami sarapan dulu yang sebelumnya sudah disiapkan anak konsumsi. Lauknya ayam sama orek tempe. Seret banget, gak ada sayur, gue susah nelen. Lalu muncul abang-abang kapal, kami bilanglah numpang sholat, terus masukin muatan, bayar, dan nunggu kapal berangkat.

Kapal berangkat jam 8 pagi. Berhubung menunggu lama, kami yang pada dasarnya berjiwa narsis akhirnya memutuskan untuk berfoto-ria, mengelilingi kapal, berebut tempat tidur, liatin sang nahkoda yang kebetulan ganteng, dan lain-lain. Ketika kapal mulai berangkat, gue kembali ke dek bawah untuk ngobrol bentar lalu tidur. Bangun-bangun di Pulau Pramuka. Gue sengaja bangun karena katanya bisa jajan telor gulung. Tapi pas keluar, ternyata tukang dagangnya jauh dari kapal, dan karena takut ketinggalan kapal, gue akhirnya minta satu tusuk aja ke temen gue, hehe.

Kapal melanjutkan perjalanan, gue agak lama diem di pinggiran kapal, liatin pemandangan yang cerah, laut yang biru, angin yang semilir menyejukkan. Cukup puas gue balik ke dek bawah, ngobrol bentar, lalu tiba-tiba pusing. Sementara ketuplak ekspedisi gue juga sudah pusing duluan, gue ikutan pusing. Gue tiduran di tempat tidur tingkat bawah, tapi kok guncangannya tetep kenceng ya? Dengan pura-pura biasa aja, lantas gue pindah ke tingkat atas, lumayan, guncangannya gak sekenceng di bawah, lalu tidur, supaya gak mual. Nyampe di Pulau Kelapa, gue seger. Gue bantu pindahin alat-alat ke tempat yang teduh.

Sambil nunggu kapal ojek yang akan mengangkut kami ke Pulau Kelapa Dua, Pulau dimana mess gue bakal tinggal. Kami jalan-jalan dulu mencari secuil jajanan. Tapi hey alangkah jauhnya dramaga ke tempat jajanan. Jadi gue dengan beberapa temen gue gak ikut sampe jauh ke sana, Cuma setengah jalan, tapi lumayan nemuin es-es-an dan gorengan. Kapal kecil sewaan kami pun datang, kami naik, dan kami membelah gelombang menuju pulau tujuan.
Sampai di sana, gue kaget. Sekaya Maritim, tempat kami tinggal, tidak ada isinya, maksudnya barang-barangnya. Gue yang gak punya dan gak bawa sleeping bag, khawatir sakit badan selama seminggu lebih. Tapi syukurnya, mess cewek di belakang rumah ini. Rumah biasa, dengan fasilitas ac dan ada tempat tidurnya. Tapi sayangnya di kemudian hari sang ketuplak melarang kami menggunakan ac demi menghemat, huff. Lalu apa gue nurut? Biar paguyuban kamar beban yang menjawab.

Kamar gue itu kamar beban. Tiap pagi selalu jadi yang paling terakhir ngumpul, yang paling dicari-cari tiap pagi. Tapi jangan salah, tiap mau evaluasi malam, kami selalu cepat. Tau kenapa? Karena lapar yang mengharuskan kami datang lebih cepat, haha. Kamar gue kebetulan isinya 4 manusia. Gue, Rita, Chobil, dan Ala.

Singkatnya, H-1 itu isinya cuma perjalanan pergi. Kita sampe siang jam 2an. Sisanya kosong gak ngapa-ngapain. Istirahat lebih tepatnya untuk malamnya briefing terkait pengambilan data esok hari.

Udah, sampe sini dulu ya, karena percaya gak percaya gue hampir mengetik 1000 kata. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya, bye!