Monday, 3 October 2011

1001 Hal Seputar Sumpit

Untuk sebagian orang, sumpit disimpan selama bertahun-tahun sebagai bagian dari koleksi pribadi. Ada dua museum di Asia yang menampilkan koleksi tersebut. Di Cina, museum sumpit Lan Xiang di Shanghai menyimpan lebih dari 2.000 pasang sumpit, dengan koleksi tertua berasal dari Dinasti Tang. Jepang memiliki museum sumpit versi lain, berlokasi di Kyoto. Jika Anda berniat membeli sumpit, pergilah ke Chopstick Gallery MON di Kyoto. Tempat itu menjual berbagai sumpit asli Kyoto dengan keunikan ukiran dan desain tradisional. Jenis sumpit yang ditawarkan pun beragam, mulai dari yang tradisional sampai yang modern, terbuat dari kaca sampai yang sederhana, atau bahkan satu set sumpit yang penuh dekorasi.

Sumpit pun pernah menjadi salah satu bagian dari teknologi. Mars Rock Corer adalah alat yang mampu mengasah dan mengebor bebatuan bumi untuk diambil sampelnya. Alat itu dibuat oleh Hong Kong Polytechnic University untuk misi ke Mars pada 2003 yang dilakukan oleh European Space Agency. Salah satu bagian dari alat tersebut (yang didesain untuk memegang potongan sampel batu), ternyata terinsipirasi dari sepasang sumpit. Sayang, alat tersebut tidak pernah diluncurkan karena mesin pendaratan dalam misi tersebut hilang dalam perjalanan menuju Mars. Namun demikian, cukup penting untuk dicatat bahwa sumpit pernah menjadi salah satu sumber inspirasi di bidang luar angkasa.

Orang Jepang menyebut sumpit dengan nama hashi, meskipun mereka lebih sering menggunakan istilah otemoto, yang umumnya tercetak di pembungkus sumpit sekali pakai.  Orang Korea menamakannya jeotgarak, sementara orang Vietnam menggunakan nama dua.

Sumpit Cina umumnya terbuat dari bambu, dengan panjang antara 23-25cm, umumnya berbentuk kubus dan tidak terlalu meruncing. Kedua ujungnya pun cenderung tumpul. Bentuknya tidak seperti sumpit Jepang yang lebih bundar dan meruncing. Orang Jepang mengatakan bentuk tersebut memudahkan mereka untuk memisahkan tulang dari ikan, menu utama dalam makanan Jepang.

Jika di Cina, sumpit bersifat uniseks, di Jepang pria dan wanita menggunakan ukuran sumpit yang berbeda (wanita lebih banyak menggunakan sumpit berukuran 18cm, sementara pria dengan ukuran 20cm). Di Korea, sumpit terbuat dari metal.

Ada sebuah karya musikal bernama “Chopsticks” yang dimainkan dengan piano dan dikenal bernada cepat dan berloncatan. Meskipun namanya demikian, pada dasarnya karya itu tidak ada hubungannya dengan budaya Asia. Nama asli karya tersebut adalah “The Celebrated Chop Waltz”, dan diaransemen untuk dimainkan dengan tangan berdekatan, jari-jari kecil menekan lembut dan menarikan nada dengan gaya memotong cepat.


SUMBER: Reader's Digest Indonesia, Agustus 2011

No comments:

Post a Comment

pembaca yang keren adalah pembaca yang meninggalkan jejak :D
tapi tolong, jangan komen iklan atau promosi ya!