Penulis: Amish Tripathi
Penerbit: Mizan Fantasi
Terbit: Juni 2013
Tebal: 586 hlm.
ISBN: 978-979-433-738-7
Meluha, sebuah kerajaan sempurna ciptaan Shri Rama yang dihuni oleh Dinasti Suryavanshi. Berabad-abad kemudian kerajaan ini tumbuh subur dengan para penduduknya yang nyaris hidup abadi. Tetapi, kini Dinasti Suryavanshi terancam bencana. Sungai Saraswati yang menjadi gantungan hidup tiba-tiba airnya menyusut. Selain itu, mereka juga menghadapi ancaman perang dari timur, Dinasti Chandravanshi yang bersekutu dengan kaum Naga, kaum manusia monster yang mengerikan.
Satu-satunya harapan adalah memenuhi ramalan legenda: kala kejahatan mencapai puncak dan musuh meraja, akan muncul pahlawan dari tanah tak terduga. Apakah Shiva, pemuda tak terdidik dari suku liar wilayah Tibet itu benar-benar pahlawan yang ditunggu? Apakah Shiva, yang hanya ingin menyelamatkan sukunya dari kelaparan bisa jadi pahlawan dinasti abadi Suryavanshi? Dalam kisah epik tentang kepahlawanan, cinta, dan perjuangan ini, kita akan mengikuti perjalanan Shiva, pemuda biasa dari suku terasing menjadi seorang mahadewa yang mengguncang dunia.
***
Aku suka cerita tentang dewa, Yunani lah yang paling jadi favorit. Tapi di buku ini, aku diperkenalkan dewa lain, Mahadewa dari India. Disini menceritakan tentang Shiva yang waktu dia minum somra, lehernya jadi warna biru. dan taraaa ini lah si legenda, Sang Neelkanth --Penghancur Kejahatan-- telah datang. Shiva. Iya, disini nyeritain tentang perjalanan Shiva menjadi Mahadewa, yang dasar namanya dewa, pasti dong perilakunya baik. Shiva disini sangat pemberani, kuat, ramah, peduli, adil, rendah hati, dan semua sifat baik kayaknya ada di dia, humornya juga lumayan.
Di awal kita dikenalkan sama budaya disana, terutama agama Hindu, terus kita dikenalkan dengan peperangan antar dua sisi, Suryavanshi dan Chandravanshi, semua itu karena perbedaan pendapat dan menganggap kelompoknyalah yang paling benar. Diselingi sama kisah cinta Shiva dengan Sati, Sati ini tokoh yang menarik, berpendirian teguh dan pemberani. Seru waktu baca bagian Shiva untuk bisa buat Sati terkesan dan bangga sama dia.
Alurnya menarik, penuturannya juga asyik. Tiap ada perkelahian diceritain dengan detail, jadi ada kesan Art of the War-nya gitu. Karakternya yang walaupun agak banyak juga dikemas dengan rapih sehingga gak ada masalah siapa ini siapa itu.
Oh ya, ada beberapa pertanyaan yang belum kejawab, yakni kenapa leher Shiva berubah jadi biru waktu minum somra? Awalnya mungkin bisa aku terima aja berhubung ini fantasi, apa saja bisa jadi mungkin. Tapi karena Brahasphati ngungkit, aku jadi dibuat penasaran. Mungkin itu bakal dijelasin di buku selanjutnya, mungkin. Iya, aku menantikan buku selanjutnya. Apalagi dengan akhir buku yang masih gantung. Karena aku juga penasaran gimana tindakan Shiva setelah mengetahui kalau Chandravanshi.....................*baca sendiri* Aku suka konflik yang dibuat disini! Menarik.
Oh iya, waktu bagian Shiva nyiptain trisula kok agak menyebalkan ya? Jadi disini kayak dia yang nyiptain, padahal kan itu udah terkenalnya sama Neptunus._.
Tapi aku suka waktu Shiva menjabarkan daun: "Sinar matahari yang putih menyinari daun. Sifat fisik daun itu menyebabkan menyerap warna ungu, nila, biru, kuning, oranye dan merah. Daun tidak menyerap warna hijau. Warna hijaulah yang dipantulkan ke mataku. Karena itulah aku melihat daun berwarna hijau." Oke, emang aku baru dengar ini, kemana aja sih aku waktu guru menjelaskan? Tapi ilmiahnya keren. Secara tidak sadar, banyak banget pesan moral yang kita ambil dari novel ini.
Jujur, sebelum aku liat cover Mizan, aku liat cover di atas ini, aku gak minat baca, kenapa? Disitu ada orang berambut kayak alm. mbah surip, terus ada trisula menghadap kayak ke laut. Oh mungkin itu orang mau nangkap ikan. Disitu juga ada tulisan Amish, cocok banget sama ikan yang bau amis. Tapi hey, untung sekali mizan ganti covernya ke yang lebih kece! dan terlihat lebih keren. Ditambah dapet rekomendasi dari kakak kalau buku ini bagus. Terbukti kan, ceritanya bagus! jadi, lagi-lagi, jangan judge buku dari covernya.
Meluha, Meluha, Meluha. Nama tempat yang bagus ya, enak untuk didenger, menarik. *yang ini absurd*
Sebenernya aku udah baca novel ini dari pertengahan juli lalu, tapi baru sempet atau dapet mood buat resensinya sekarang. Jadi maaf kalau ada yang kurang, hehe.
No comments:
Post a Comment
pembaca yang keren adalah pembaca yang meninggalkan jejak :D
tapi tolong, jangan komen iklan atau promosi ya!